Perkenalkan Aku Tongkat Bicara






Banyak cara dalam menjalankan aturan, tak perlu harus dengan sistem otoriter dan teriak-teriak. Aturan yang baik mestinya dijalankan bukan karena paksaan, tapi karena kesadaran. Khususnya bagi siswa sekolah dasar, banyak peraturan yang mesti dijalankan, namun bagaimana caranya agar aturan itu tidak  menjadi momok dan menimbulkan stigma negatif tapi justru menjadi pelajaran berharga serta menimbulkan kesadaran tanpa adanya paksaan.

SD Az-Zakiyah Islamic School punya tradisi kelas yang unik dalam hal “menegakkan” peraturan. Salah satunya peraturan sederhana di dalam kelas. Yaitu cara menyampaikan pendapat dan menghargai dan mendengarkan dengan tenang jika guru atau teman sedang berbicara. Bagaimana caranya? Guru tidak harus teriak-teriak dan marah-marah untuk bilang “Tenang dulu, miss/mr mau menjelaskan” atau “Dengarkan temannya mau bicara!!” (Pakai tanda seru pula). Tidak, tidak perlu.


Miss dan Mr SD Az-Zakiyah punya “Asisten” yang membantu kierjanya dalam mengajar, khususnya dalam meminta siswa untuk tenang mendengarkan penjelasan. Asisten itu adalah si “Tongkat Bicara”, tongkat bicara ini bukan tongkat yang bisa bicara. Melainkan tongkat yang barangsiapa sedang memegangnya maka ialah yang berhak berbicara di dalam kelas, baik itu bertanya, menjawab, memberi pendapat, atau menjelaskan materi. Sedangkan warga kelas mesti mendengarkan dengan tenang apa yang si pemegang tongkat sampaikan.

Apa yang siswa dapatkan dari keberadaan si “Tongkat Bicara” ini? Tentu siswa belajar bagaimana menghargai pendapat orang lain, memberikan kesempatan kepada teman untuk menyampaikan pendapatnya, serta belajar bahwa setiap orang berhak untuk didengarkan dan setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya. Luar biasanya, ketika salah seorang sudah memegang tongkat bicara, siswa yang tadinya rebutan ingin menyampaikan pendapat (biasanya dengan mengacungkan jempol kanannya) langsung berbesar hati mengalah dan menunggu gilirannya memegang tongkat. Tanpa perlu guru menginstruksikan lagi. Asisten yang satu ini sangat membantu.

Tak Cuma itu, ada juga si pemimpin pemegang tongkat bicara. Ialah yang berhak menentukan pada siapa tongkat bicara akan berlabuh. Biasanya si pemimpin bersama Miss dan Mr membuat kesepakatan tentang criteria siapa yang berhak diberi tongkat bicara. Misalnya yang berhak diberi tongkat bicara adalah ia yang paling tenang dalam mengangkat jempolnya, yang tanpa suara, dan dengan senyuman paling manis. Maka tugas pemimpin tongkat bicara adalah memilih salah satunya.

Sederhana bukan? Tapi memberi manfaat yang luar biasa, tidak hanya sebagai pelajaran bagi siswa, tapi juga dalam membantu guru dalam menjalankan tugasnya. Terima Kasih tongkat bicara dan Manha Sanika Salwa Rangkuti, si pemimpin tongkat bicara yang amanah. J
Previous
Next Post »